Kamis, 10 April 2014

Konstruk


Berbeda dengan aristoteles, pakar komunikasi modern menyebut ethos adalah kredibilitas. Tidak perlu mendaftar definisi untuk memahami kredibilitas. Pernahkan Anda menyampaikan lelucon yang Anda persiapkan dengan serius? Anda tertawa sendiri. Beberapa diantara hadirin ikut tertawa dengan malas (mungkin karena factor menghargai semata). Sekali waktu, dalam Laporan Pembangunan ditelevisi , Anda mendengar seorang pejabat membuat lelucon. Tidak lucu, tetapi Anda mendengar gemuruh tertawa dari orang-orang disekitarnya. Bisa jadi lelucon itu betul-betul tidak lucu, tetapi orang itu tidak tertawa juga. Mengapa ? karena pejabat itu memiliki kredibilitas, sedangkan Anda tidak.

Hal tersebut sangat dipengaruhi Otoritas, Otoritas merupakan komponen penting dalam membangun kredibilitas, W.S Rendra tentu memiliki otoritas dalam bidang seni dan budaya. Begitu pula Kristianto Wibisono dalam bidang bisnis dan ekonomi. Otoritas dibentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman. Ahli agama islam yang belajar di Amerika dianggap tidak memiliki otoritas untuk memberikan ceramah keislaman, dibanding Ahli agama yang berpendidikan di mesir.

Pendefinisian seseorang menilik konsep dasar yang coba ditelisik oleh Herbert Mead, bahwa individu memiliki identitas hingga kita cenderung menilai kepribadian secara menyeluruh bukan pada prilakunya satu persatu yang disebut labeling. Kecenderungan sosial dalam menilai individu menstimulus individu tersebut bergerak menuju apa yang sosial katakan, hal tersebut juga berkenaan dengan passion, dan latar belakang keilmuan inidividu tersebut.

Di era demokrasi dan keterbukaan informasi, individu yang bertahan dalam kompetisi keilmuan menganggap bahwa kredibilitas yang dibangun bukan sekedar pemaknaan yang diterima oleh sosial hingga terbentuk tuntutan tuntutan yang sangat mempengaruhi individu, Tidak seekstrim Pavlov dalam teori behaviorisme repetisinya, tuntutan disini juga sangat dipengaruhi oleh pola pikir individu yang mampu menyaring apa yang tidak dan yang harus ia lakukan. Dalam hal ini terdapat pilihan yang sangat senjang antara diri, pemikiran dan lingkungan sosial seperti apa yang diungkap Herbert Mead dalam mind, self society.

Individu di abad 21 memiliki pola prilaku yang mendekati konstruksi sosial, bukan “isi” tapi seperti apa “panggung” yang seharusnya dibentuk, nilai tersebut dipengaruhi oleh media apa yang membentuk pribadi tersebut menjadi seperti itu, kredibilitas yang diharapkan sangat jauh dengan realitas masyarakat modern sekarang. Tapi individu berkembang bukan sebuah titik harapan khususnya di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Tapi lubang cahaya harapan besar yang siap untuk diraih. Entah kapan.